Just an option, Daddy!

                “Bener-bener keterlaluan jika untuk keputusan hidup gw yang ini pun, dia gak kasih restu”.

Baru tadi siang nyampe rumah, sengaja ngambil flight yang rada pagi… biar nyampe rada siang dan bisa ikut berbuka puasa bersama keluarga dirumah. Liburan lebaran tahun ini Cuma ngambil cuti seminggu… tepatnya tujuh hari kerja… kalo jumlah hari liburnya yaa mungkin bisa lebih dari sepuluh hari.

Malam ramadhan tinggal bersisa dua hari, seperti biasa… kondisi masjid tambah sepi… gak di jakarta, gak dipalembang… sama aja. Termasuk gw… salah satu yang tidak berada dimasjid saat ceramah antara maghrib – isya berlangsung. Yah!, setidaknya gw lagi silaturahmi (baca. Kongkow-kongkow) ama temen lama…. temen lama banget. Kita itu udah bareng saat masih umur tiga tahun, secara bokap-nyokap udah lama kenal, udah sama-sama tau kek gimana jeleknya masa kecil (perawakkan dan tingkah laku), udah pernah berbagi pacar dan prestasi. Komplit deh… gak lupa juga untuk berbagi cerita dan masalah…

Hampir setengah jam, gw gak bosen-bosennya dengerin lantunan keluhan dan kekesalan temen gw yang satu ini. Bukan keluhan deng, lebih tepatnya membagi kisah pahit hidupnya. Gak pahit-pahit amat juga… so, jangan berlebihan mbayainginnya.

Dari tadi itu… dia cerita masalah hubungannya dengan bokapnya. Bagaimana keegoisan bokapnya terhadap dirinya dalam hal mengatur banyak hal. Pendidikan, Prilaku, Hobby, pertemanan, bahkan asmara…. cieeellaaah!. Dia gak boong kok… gw kenal dia, dan keluarganya. Mungkin maksud bokapnya itu baik… karena udah lebih dulu dan lebih banyak makan asam-garam kali yaa, jadinya bokapnya gak ingin anak pertamannya ini terjerumus dalam kesia-siaan hidup. Gak bisa bayangin gw gimana sempitnya hidup temen gw ini… yang jelas semua aturan dan masa depan ada dalam rencana bokapnya. Huaaaannjrooot!

Sekarang kita bedua udah gede… gw sekarang adalah seorang insinyur teknik, dan dia adalah seorang sarjana pendidikan bahasa inggris. Lagi-lagi, beasiswa kuliah di UNY jurusan pendidikan bahasa inggris yang telah dia ambil dulu, itupun adalah “paksaan” dari bokapnya. Dia pernah cerita kalo dulu bokapnya pernah ngajakin ngobrol empat mata… antar sesama lelaki dewasa. Yang inti pembicaraan itu adalah bokapnya pengen dia ngambil jurusan itu supaya suatu saat nanti dia bisa gantiin bokapnya mimpin lembaga pendidikan yang telah bokapnya dirikan sejak umur kita masih itungan hari. Udah lama banget lah yaa… udah berkembang juga sampe sekarang. Padahal kita bedua itu udah mulai punya jiwa kompetitif sejak SD. Dari awal emang keinginan kita bedua bisa masuk kampus institusi. Gw demen ke kimia teknik kalo dia demen ke fisika modern. Tapi yah!, masa depan apa mau dikata…. itu juga gak jelek kok, tapi kan ini bicara hobby dan kegemaran… kalo sesuatu itu dilakukan dengan suka-hati, katanya hasilnya pun bisa maksimal. Kata orang-orang bijak sih gitu…

Lambat-laun rasa kecewa itupun mulai datang dan tumbuh beberapa tahun belakangan ini. Mungkin salah satu penyebabnya adalah keterlambatan dia lulus kuliah waktu itu… gak tau karena apa dan bagaimana ceritanya kok bisa terlambat lulusnya… bokapnya ampe marah-marah… dan ngancem gak akan kasih duit bulanan lagi kalo dia gak segera selesaikan skripsi. Mulai saat itu dia berani ambil sikap dan sedikit menentang… mungkin bukan menentang kata yang tepat… tapi sudah berani menjadi laki-laki. Yang dia pengen adalah sebuah penghargaan diri dari semua pengorbanan masa depan dan hasrat demi keinginan bokapnya. Dia pernah cerita kalo dia gak butuh duit kiriman dari bokap lagi… karena dengan prestasi yang dia miliki dia sudah menjadi salah satu guru pengajar tetap bahasa inggris disebuah lembaga ternama di jogja.

Waktu terus berjalan… gelar sarjana pun telah dia raih, lagi-lagi dia harus menahan semua hasrat dirinya untuk sebuah karir dan kesuksesan di kota dengan pendidikan menjadi amat sangat berkembang. Dia harus kembali ke tanah kelahiran,  ikut mengasuh lembaga pendidikan yang telah lama menghidupi dia dan keluarganya sebagaimana keinginan bokapnya sejak pertama.

Hubungan mereka pun semakin buruk saja hingga hari ini… terkadang dalam sehari mereka tak bertegur sapa padahal mereka tinggal dalam satu atap… apalagi saat seorang wanita telah menempatkan diri dalam bagian hatinya… namun dengan tegas bokapnya tidak menyetujuinya. Seorang dokter muda anak teman baik bokapnya telah direncanakan untuk bertunangan dengan dia.

Image