Rasa itu apa

“mau nunggu sampe kapan?”

Itu pertanyaan gw ke mia, cewek tomboy yang mungkin bisa dibilang secara usia tidak muda lagi. Mia adalah sosok yang unik menurut gw, dari luar mia terlihat tangguh, gagah, perawakan tinggi besar dengan warna kulit yang agak gelap, suka olahraga dan mandiri. Hal feminim yang dia miliki hanyalah hijab nya, ditambah lagi, selama gw kenal dia, dia ga pernah terlihat pake rok. Tapi setelah sekian bab curhatan yang selalu dia lantunkan ke gw setiap ada kesempatan ketemu, dibalik ketangguhan nya, dibalik kemandirian nya mia adalah sosok cewek yang rapuh, perasa dan haus akan perhatian dan kasih sayang.

Mungkin mas rudi adalah forever crush-nya mia dalam kisah ini. Ga usah ditanya lagi alasan kenapa mas rudi selalu dipuja-puja sama mia, bisa dibilang, senandainya gw gay pun, gw udah klepek-klepek hanya karena ditatap sama mas rudi. Putih, badan atletis, jago olahraga, mapan, karismatik, plus kumis dan brewok tipis ala laki-laki turki menjadi pelengkap daya tarik mas rudi. Mia rela melakukan apa saja, rela ikut kegiatan apa saja,rela masuk kedalam komunitas yang sama dengan mas rudi atau menghabiskan duit berapa saja hanya untuk sekedar berada didekat, atau mungkin hanya sekedar diakui keberadaan nya. Pernah suatu waktu, mia dengan bahagia nya ikut rombongan mas rudi dan teman-teman nya ke bali untuk hadir dalam sebuah event olahraga. Planning telah ditentukan, saat event selesai, dilanjutkan dengan liburan bersama. Namun alangkah sedihnya nasib anak perawan ini, selama kegiatan mereka dibali, jangankan diharapkan untuk diakui keberadaan nya, bahkan hanya untuk sekedar ngobrol dan bercanda saja tidak. Bukan karena tidak ada waktu atau kesempatan, hanya saja mas rudi tidak pernah memberikan momen itu hadir, tatapan kosong dan acuh yang selalu direspon oleh mas rudi ke mia, seolah-olah tidak menghendaki kehadiran nya. Beberapa event olahraga yang terkadang meronggoh kocek yang tidak sedikit sering mia hadiri dan ikuti hanya karena ingin ada momen bersama mas rudi walaupun hanya sebatas frame foto bersama dengan rombongan yang lain, atau hanya sekedar untuk di upload di Instagram, atau hanya sekedar ada alasan untuk bisa nge-tag. Rasa suka itu tak cukup sampai disitu, jika ada momen yang tepat, terkadang mia secara diam-diam mengamati, mengabadikan, bahkan merekam kegiatan mas rudi dari kejauhan, tentu saja tanpa sepengetauhan mas rudi.

“kenapa ga disamperin?”

“ga ah, ga berani, takut dimarahin…”

Beberapa spekulasi negatif tetang mas rudi yang kerap beberapa kali terdengar dari mia hanya sekedar penggambaran rasa kekecewaan yang selama ini dia rasakan, tapi jauh didalam lubuk hatinya rasa suka itu, rasa sayang itu, rasa peduli itu begitu besar sehingga menutupi kekurangan, menggelapkan pandangan, memaafkan kesalahan, bahkan melupakan kekecewaan.

Mungkin mia terlalu agresif atau terlalu terbuka dalam menyampaikan perasaan nya. Terkadang ada tipikal cowok yang tidak terlalu suka di-chasing, dikejar-kejar, atau terlalu diharapkan. Ada!. Namun rasa tidak pernah salah, rasa itu fitrah, ardhani layaknya nabi, dan indah layaknya surga, karena tuhan menciptakan rasa untuk kita nikmati, untuk kita sesali, pemberi beda dalam kisah, memberikan warna-warni dalam kertas putih kehidupan.

“So, mau nunggu sampe kapan?”

“mhmm… ga tau, mungkin sampe sadar… sadar akan fitrahnya bahwa laki-laki juga butuh wanita dalam kehidupan nya, karena saat ini dia lagi dekat sama krisna”.

Tinggalkan komentar