Just an option, Daddy!

                “Bener-bener keterlaluan jika untuk keputusan hidup gw yang ini pun, dia gak kasih restu”.

Baru tadi siang nyampe rumah, sengaja ngambil flight yang rada pagi… biar nyampe rada siang dan bisa ikut berbuka puasa bersama keluarga dirumah. Liburan lebaran tahun ini Cuma ngambil cuti seminggu… tepatnya tujuh hari kerja… kalo jumlah hari liburnya yaa mungkin bisa lebih dari sepuluh hari.

Malam ramadhan tinggal bersisa dua hari, seperti biasa… kondisi masjid tambah sepi… gak di jakarta, gak dipalembang… sama aja. Termasuk gw… salah satu yang tidak berada dimasjid saat ceramah antara maghrib – isya berlangsung. Yah!, setidaknya gw lagi silaturahmi (baca. Kongkow-kongkow) ama temen lama…. temen lama banget. Kita itu udah bareng saat masih umur tiga tahun, secara bokap-nyokap udah lama kenal, udah sama-sama tau kek gimana jeleknya masa kecil (perawakkan dan tingkah laku), udah pernah berbagi pacar dan prestasi. Komplit deh… gak lupa juga untuk berbagi cerita dan masalah…

Hampir setengah jam, gw gak bosen-bosennya dengerin lantunan keluhan dan kekesalan temen gw yang satu ini. Bukan keluhan deng, lebih tepatnya membagi kisah pahit hidupnya. Gak pahit-pahit amat juga… so, jangan berlebihan mbayainginnya.

Dari tadi itu… dia cerita masalah hubungannya dengan bokapnya. Bagaimana keegoisan bokapnya terhadap dirinya dalam hal mengatur banyak hal. Pendidikan, Prilaku, Hobby, pertemanan, bahkan asmara…. cieeellaaah!. Dia gak boong kok… gw kenal dia, dan keluarganya. Mungkin maksud bokapnya itu baik… karena udah lebih dulu dan lebih banyak makan asam-garam kali yaa, jadinya bokapnya gak ingin anak pertamannya ini terjerumus dalam kesia-siaan hidup. Gak bisa bayangin gw gimana sempitnya hidup temen gw ini… yang jelas semua aturan dan masa depan ada dalam rencana bokapnya. Huaaaannjrooot!

Sekarang kita bedua udah gede… gw sekarang adalah seorang insinyur teknik, dan dia adalah seorang sarjana pendidikan bahasa inggris. Lagi-lagi, beasiswa kuliah di UNY jurusan pendidikan bahasa inggris yang telah dia ambil dulu, itupun adalah “paksaan” dari bokapnya. Dia pernah cerita kalo dulu bokapnya pernah ngajakin ngobrol empat mata… antar sesama lelaki dewasa. Yang inti pembicaraan itu adalah bokapnya pengen dia ngambil jurusan itu supaya suatu saat nanti dia bisa gantiin bokapnya mimpin lembaga pendidikan yang telah bokapnya dirikan sejak umur kita masih itungan hari. Udah lama banget lah yaa… udah berkembang juga sampe sekarang. Padahal kita bedua itu udah mulai punya jiwa kompetitif sejak SD. Dari awal emang keinginan kita bedua bisa masuk kampus institusi. Gw demen ke kimia teknik kalo dia demen ke fisika modern. Tapi yah!, masa depan apa mau dikata…. itu juga gak jelek kok, tapi kan ini bicara hobby dan kegemaran… kalo sesuatu itu dilakukan dengan suka-hati, katanya hasilnya pun bisa maksimal. Kata orang-orang bijak sih gitu…

Lambat-laun rasa kecewa itupun mulai datang dan tumbuh beberapa tahun belakangan ini. Mungkin salah satu penyebabnya adalah keterlambatan dia lulus kuliah waktu itu… gak tau karena apa dan bagaimana ceritanya kok bisa terlambat lulusnya… bokapnya ampe marah-marah… dan ngancem gak akan kasih duit bulanan lagi kalo dia gak segera selesaikan skripsi. Mulai saat itu dia berani ambil sikap dan sedikit menentang… mungkin bukan menentang kata yang tepat… tapi sudah berani menjadi laki-laki. Yang dia pengen adalah sebuah penghargaan diri dari semua pengorbanan masa depan dan hasrat demi keinginan bokapnya. Dia pernah cerita kalo dia gak butuh duit kiriman dari bokap lagi… karena dengan prestasi yang dia miliki dia sudah menjadi salah satu guru pengajar tetap bahasa inggris disebuah lembaga ternama di jogja.

Waktu terus berjalan… gelar sarjana pun telah dia raih, lagi-lagi dia harus menahan semua hasrat dirinya untuk sebuah karir dan kesuksesan di kota dengan pendidikan menjadi amat sangat berkembang. Dia harus kembali ke tanah kelahiran,  ikut mengasuh lembaga pendidikan yang telah lama menghidupi dia dan keluarganya sebagaimana keinginan bokapnya sejak pertama.

Hubungan mereka pun semakin buruk saja hingga hari ini… terkadang dalam sehari mereka tak bertegur sapa padahal mereka tinggal dalam satu atap… apalagi saat seorang wanita telah menempatkan diri dalam bagian hatinya… namun dengan tegas bokapnya tidak menyetujuinya. Seorang dokter muda anak teman baik bokapnya telah direncanakan untuk bertunangan dengan dia.

Image

Staying Back Lover

                “text me if you wanna call me”

                Status BBM temen satu SD di SDN 2 Krida Utama padalarang bener-bener mampu menggerakkan niat hatiku untuk menemani kegalauannya pagi itu.

                “berapa nomernya….., sini biar aku telpon… “

                Tak pelak, kurang dari lima menit BBM ku dibalas dengan berisikan nomor ponsel dan sebuah pertanyaan sapaan, kamu apa kabar?

                “kamu kenapa….?”

                “gak pa2… Cuma lagi ada masalah dikit ama tunangan… “

                Hampir habis dua jam waktu, percakapan pagi itu belum juga usai. Linda, gadis sunda nan rupawan serta segudang curahan hatinya itu benar-benar melarutkan nuansa hatiku… dan menancapkan rasa suka yang mendalam.

                Hari ini adalah tepat seminggu setelah percakapan indah pagi itu… dan weekend ini adalah tepat pertama kali kita jalan bareng dengan menyandang status yang berbeda. Kalo sebelum-sebelumnya Cuma bisa jalan bareng saat reunian, itupun bareng sama anak-anak yang lain… kalo sekarang bisa jalan bareng tanpa ada batasan waktu dan terganggu dengan yang lainnya. Entah apa rasa hati saat melalui masa-masa itu… status pertunangan yang telah dia sandang saat itu tak sedikitpun meluluhkan hati ini untuk meyulutkan api asmara padanya.

 “Toh, masih tunangan ini… semua hal masih bisa terjadi kan?”

Bisikan hati yang selaras dengan nafsu dan logika selalu datang menemani… entah itu dari iblis atau dari malaikat… yang jelas semua masih terasa indah.

tiga minggu sudah berlalu saat peresmian hubungan kami, 130 km perbedaan jarak antara Jakarta-bandung tak mampu sedikitpun melemahkan semangatku untuk pulang seminggu sekali. Mamah dirumah sampe heran… gak biasa anaknya rajin pulang tiap minggu… biasanya juga sebulan sekali. tiga minggu peresmian, dan selama itu pula aku gak pernah menanyakan status dia dan tunangannya sejauh ini. Tak pelak, hatipun tergerak untuk tau dan bertanya. “Wajar kan… aku dan hatiku butuh sebuah kejelasan”.

“Udah enggak kok yang… aku lebih memilih kamu, dia orangnya kasar… suka maen tangan”

                Perasaan senang, lega, gembira, haru, bercampur bak jus buah… kata-kata singkat itu benar-benar memberikan kesejukkan dalam relung dan fikiran.

                “njiir…. Itu sapa ris?, geulis pisan euy!” sorak-soray temen-temen kantor menggoda aku dan linda saat acara resepsi pernikahan salah satu teman kantor di bandung setidaknya sedikit meningkatkan derajat kelaki-lakian ku diantara mereka. Kharis, selama ini yang mereka kenal ada sang raja galau yang selalu berstatus jomblo abadi… tiba-tiba saja menggandeng cewek cantik nan ayu asli made in bandung.

                Ternyata perjalanan backstreet itu memang selalu salah dan selalu akan menemui kegagalan… hampir jalan satu setengah bulan hubungan kami berjalan dengan baik dan harmonis… tak ada angin tak ada hujan juga tak ada kabar tsunami… entah kebosanan dalam hubungan, kekecewaan yang dirasakan atau..entahlah… entah apalagi alasan yang berkecamuk dalam benak saat linda mengabarkan bahwa terpaksa harus kembali menjalin hubungan dengan tunangannya itu…

                “maaf yang… ini kemauan papa”

                Entah ini kenyataan atau sebuah alasan yang dibuat-buat… tapi saat terakhir kali berkunjung kerumahnya untuk ngajakin jalan… kedua orangtuanya tak pernah complain ataupun bertanya macam-macam… tampak raut muka suka dan setuju anak mereka berhubungan dengan ku.

                “Zzzz….. “ dering nada ponselku sentak mengagetkan hati pagi itu… mana banyak kerjaan yang mesti dibereskan hingga siang itu… ternyata dapat telpon dari nomer gak dikenal.

                “halo…. Ini kharis ya?”  sentak nada amarah terdengar lantang dari lawan bicara waktu itu. Bukannya jawab salam… malah bentak-bentak gak jelas.

                “iya, ini siapa ya?”

                “ini doni, tunangannya linda…, kamu ada hubungan apa sama linda… kalian pacaran?, apa yang udah kalian lakukan berdua sejauh ini…”

                Intrograsi dengan nada lantang itu memulai percakapan panas pagi… entah tsunami cetar membahana dari mana… seorang laki-laki yang mengaku tunangan linda,… mulai memaki-maki gak jelas. Benar-benar cobaan berat yang datang tiba-tiba… hati berusaha untuk tenang dan sabar.

                Sudah hampir seminggu ini telpon dari nomer yang sama datang… menanyakan perkara-perkara yang tak enak ditelinga… bukan tak ingin untuk tidak menghiraukan dengan tidak menjawab … tapi tak ingin dianggap seorang yang pengecut dan penghindar dari masalah. Aku putuskan untuk menemui mereka berdua saat pulang ke bandung weekend ini. Ini dengar langsung dari linda… stetmen-stetmen ngawur apa saja yang telah ia utarakan selama ini.

                Selang satu jam sebelum waktu janji pertemuan kami bertiga itu dibuat…. Dengan tiba-tiba linda telpon… dengan nada bicara lantang dan kasar yang benar-benar bukan sosok dirinya yang aku kenal dulu… maki-makian pun tak pelak ia lontarkan dalam obrolan tersebut. Tak ubahnya dengan tunangannya itu. Ada apa ini sebenarnya… sosok dan pribadi mana yang salah antara kita bertiga. Percapakan lima belas menit itu di penuhi dengan debat sengit… linda memaksa bahwa pertemuan itu tak perlu diadakan… dan akupun punya hak untuk melakukan pembelaan tentang masalah ini. Aku yang sekarang bukanlah perebut calon istri orang… kita memulainya atas dasar suka.

                Namun apalah daya… pertemuan itupun urung dilakukan… dan hubungan kamipun kandas begitu saja. Sedih memang, tapi yaa sudahlah… tekad teguh dalam hati bahwa takkan pernah lagi perkara cinta mengusik kebahagiaan di kemudian masa.

Stupidity or Luck

I didn’t know whether I was so stupid about what a girl wanted or I was lucky. There was a girl while I was studying in BFA as an exchange student. I was the only one though from my country, so I didn’t have any chance to speak my language for the whole year. Anyway, she is actually Italian, there were two of them and they both were also exchange student.
One night, I think it was in the middle of the year, which was some when around November to January, and of course was also Friday night, and I decided to come to a party, a small party in Abelie’s place. And yes she is one of them. The party was just for me, her, and one of her friend called Brian, he was like 10 years older than us.
My host mom drove me to her house and when I arrived they were having a Chinese food for their dinner and almost finish. After they’re finished, they actually already had little miss sunshine for us to watch that night. And we went to the downstairs room for the movie. Her host parents actually have a really nice big house. And the basement is where usually the kids hanging out playing stuff. It’s big enough.
Right after the movie finished, as usual we talked about the movie and it was so funny, somehow it made us lough our ass off. And then Abelie offered a drink “Ara, do you want a drink? Coz I’m gonna have a baileys or champagne, which one do you like the most? (With her Italian accent)” “I don’t know Abe, I’m not sure, which one so u think the best?” “They’re both are good actually” “ok then let’s have baileys!” She came with two glasses of baileys in her hands with some ices in it and handled me one of them. And we drank the baileys and chatted drank chatted drank chatted. And after a little while Brian told us that he had to go to his friends for an hour or two.
“yeah Abe, here we’re alone, what r we gonna do?” “idk, lets just talk about something” “ok” “so Ara, have u had sex” “why r u asking me this Abe” “idk I was just curious” “yes I have, u?” (I said that because it is a shame to become a virgin there) “yeah of course I have its good though, what do u think about Sussan? Do u think she had already had sex?” “I’m not sure Abe, I don’t think so” “yeah I think so too, she doesn’t really have any experienced about sex” “hahahhahah, maybe someday she will, with Americans maybe” “ahahahhaha, yeah could be. Ara don’t u miss having sex” “why r u asking?” “just asking, coz u know, when I was in Italy I used to have sex a lot with my boyfriend, and its good. Don’t u miss doin it?” “yeah of course Abe, I miss it, but what can we do? We’re here, exchange student” “why Ara” “yeah coz we’re not allowed to have sex during this year, and if we get caught doin’ it, we’re gonna be deported to our home country, and what are we gonna say to our parents” “yeah, u have the same thoughts with me Ara, we can do anything”. I was like how the hell did I say such things to a girl who was seducing me. I was so dumb; I could’ve had sex with her that night. Crazy baileys.

Image

Pict. Source. http://jonasyat.blogspot.com/2011/02/baileys.html

Untitled

          “bukan karena cinta yang salah, atau keadaan yang tidak memihak… atau masa yang datang tidak tepat, tapi ini bicara masalah takdir… nasib dan garis hidup yang sudah ditentukan… ditentukan oleh sang maha mengetahui segala hal, hal baik dan hal yang buruk, baik yang lalu… yang sedang bahkan yang akan terjadi”

Sore menjelang malam di Palembang.

                “kenapa lo mau nikah ama cowok ini?, secara fisik… setahu gw… dia gak masuk criteria cowok yang lo idam-idamkan dulu”

                “udah lah fian, gw gak munafik bicara soal cinta,.. sekarang gw mikirnya logika aja,.. nikah, hidup mapan… masalah cinta, itu bisa datang belakangan… asalkan dia cinta ama gw… itu udah cukup buat gw… cinta gw ke dia bakal tumbuh seiring berjalannya waktu… itu saja”.

                Pembicaraan ini antara gw dan teman dekat gw sewaktu kuliah di Palembang, satu minggu setelah libur lebaran dan satu bulan sebelum pernikahan mereka. Kita ketemuan, ngobrol, makan, canda-candaan…. Dan berbagi cerita dan kenangan masa lalu. Cantik, putih, mantan model local, berkarakter, high prestige, selera humor bagus, dari keluarga mapan dan terpelajar… ini bener-bener kondisi dia tanpa adanya mark-up sama sekali… setidaknya gw kenal sama bokap dan nyokapnya. Gw speechless ama stetmen dia barusan… bisa-bisanya dia tumbuh sedewasa ini… wajar aja sih.,,  hampir tujuh tahun tak bersua… physically, dia tanpa adanya perubahan dengan yang dulu tetap sempurna dan periang… tapi dari dalam…. Dia adalah wanita yang amat sangat berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Wanita memang aneh, berani betul dia mengambil keputusan sebesar ini dalam hidupnya… tanpa didasari rasa kasih sayang yang bisa dibilang kurang banyak untuk memenuhi hari-hari berbeda yang akan dia rasakan sebulan kemudian.

                gw gak yakin dia bakal bertahan ama nih cowok… bukan mendoakan hal yang buruk, tapi mudah-mudahan tak terjadi hal yang buruk terhadap mereka berdua.

                “Pi, jadi ketemuan gak… sesuai dengan obrolan kita kemaren… ditempat biasanya kita ketemu…”

                Lepas lewat enam bulan pernikahan mereka… gw balik ke Palembang dari jakarta. Ada pernikahan sepupu di kampung… mumpung pulang, sesempatnya mampir dan jumpa dengan teman-teman lama. Pesan itu tepat kukirim pukul 05.00 pm. Dan kuterima balasannya satu setengah jam setelahnya.

                “sorry fian, gw gak bisa ketemuan… kalo Cuma berdua doang… suamiku lagi diluar kota… gak enak kalo diliat orang…”

                Well, sekali lagi gw angkat topi… suaminya beruntung mendapatkannya.

Cerita yang lain dari Jakarta,

                Gw heran… kenapa sebuah hubungan special dibuat, jika sudah tau bakal takkan bersama dikedepannya… gak ada yang salah dari sebuah rangkaian kehidupan… Cuma kelemahan gw yang membawa gw bertanya, heran, dan takjub kepada yang namanya perempuan, hingga jari tangan ini bersihkeras pengen ngetik… otak pengen merangkai kata… meskipun mata udah tak sanggup terbuka.

                “pernikahannya berjalan meriah loh mbak, tapi ceweknya gak secantik kamu kok! Seriusan!…” stetmen lancang yang gw anggap sebagai lelucon ini ternyata telah menyakiti hati dan perasaannya.

                “lo siiiih… ngomongnya kek gitu… dia marah kan jadinya!..” seorang teman wanita yang lain serta merta menyalahkan gw seketika itu juga….

                “mbak, sorry yaa.., tentang yang tadi… sumpah demi apa…. Gw tadi niatnya Cuma becanda doang kok… gak maksud apa-apa… “ layangan permohonan maaf gw, langsung gw sampaikan via internal message sehabis makan siang.

                Well, sejatinya wajar sih kalo gw heran… masalah perasaan dan hati cyiinn… susah boo, dideskripsikan. Masalahnya gossip kedekatan mereka itu udah melalang buana membahana seantero kantor… menurut gw juga mereka adalah pasangan paling serasi ditahun naga… nah, kok tiba-tiba si cowok ngasih undangan pernikahan yang gak ada nama si-mbaknya… hayooo… bingung kan loo….. gimana perasaannya yaaa…. Apalagi pas gw kecengin waktu itu.

Sekali lagi gw angkat topi… masih speechless ampe gak berkedip kalo mbahas masalah hati perempuan. Tegar bagai karang.

             

Mah! kapan kita ke Jakarta lagi….

                “asl plz?”

                “u1”

                “24, m, sby”

                “u?”

                “22f, jkt”

                yang gila chat… pasti tau dengan omegle! Jaman gw kuliah sekarang, site ini jadi tren chatting paling fenomenal sejagat maya!. Barusan kenalan ama Donita, gak tau nama asli apa bukan, dan gak tau juga apakah cewek sejati apa boongan, yang jelas gw ngetik apa adanya. Laki-laki tulen… umur 24.

                “pyuuuf!” sebagai seorang mahasiswa teknik di kampus institusi, tugas gambar dan tugas akhir adalah dua hal yang jika seandainya neraka itu bisa dirasakan di dunia… maka merekalah moment siksaan itu. Pernah baca status di facebook salah satu temen kuliah… “ tuhan tidak pernah memberikan cobaan melebihi dari kemampuan hambanya, tapi dosen teknik mesin, tidak!”. “Hah! Bosaaaan…. Chatting lagi aaah… “. Setidaknya chatting bersama donita teman maya yang mudah2an cantik jelita seperti yang dia utarakan seminggu lalu tentang ciri-ciri fisiknya mampu melepaskan penat raga dan hati menghadapi percikan-percikan api neraka bangku kuliah. Yah!, bangku kuliah, ngomong soal bangku jadi inget si donny, mahasiswa semester sepuluh itu hampir saja terkena lemparan bangku kelas saat ujian tugas gambar besar karena doi gak bisa kasih argument yang tepat terhadap semua pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilontarkan manusia-manusia cerdas itu.

                Ini masuk bulan ketiga gw chatting dengan donita, tapi sampai sekarang dia belom mau kasih akun facebooknya… “tar aja nis”. Katanya. Well, gak masalah sih… toh Cuma teman ini, mau syukur… gak mau juga terserah. Sejauh ini skype sudah lebih dari cukup. Satu foto penampakkan separuh badan yang dia kirim via email tiga hari lalu itu sudah cukup menggambarkan karakter kalo dia adalah asli seorang perempuan!. Hahaha….

                “lagi apa?”

                “gak ada… nyante aja dirumah, baru nyampe rumah… tadi kuliah padat banget, kamu?”

                “aku lagi sedih… “

                “sedih kenapa?”

                “bingung mau cerita dari mana…”

                “cerita aja… kita kan temen….”

                Chat via skype malam itu berakhir ampe jam tiga pagi… untung besoknya Cuma satu mata kuliah doang, itupun jam dua siang. Ternyata si donita mau dijodohkan… dijodohkan dengan anak teman lama papa-nya di Surabaya. Nah, katanya… seminggu lagi mereka mau dipertemukan…, keluarga cowok itu akan berkunjung ke Jakarta menemui orang tua donita. Niatnya sih, jalin silaturahmi dulu… harapan besarnya donita ama si cowok bisa menyatu dalam pernikahan. Tsaaah!, seminggu dicurhatin kek beginian gw bisa nulis novel percintaan nih…, tapi tak masalah laah… lagi-lagi temen.

                Jujur sih, abis denger cerita donita semaleman itu,… kenapa gw jadi rada jealous yah?!. Feeling-nya gimanaaa gitu.. rada aneh aja. Marah sih enggak yaa… tapi sedikit cemburu, … apa mungkin iri… sedih juga ada sih…sedikit. Kenapa ya? Bodo’ aaah!

                Semaleman gw tunggu balesan chat dari donita… semaleman juga gw gak dapet apa-apa… yang gw baca dari tadi cuma satu kalimat tanya yang gw ketik untuk memulai percakapan. “lagi apa?”  njirrr, apa gerangan terjadi dalam hati… kepo tentang masalah dia?, pengen tau kabar dia?, lagi ngapain dia?… yang jelas gw… bukan… bukan itu kata yang tepat, tapi kangen.

                “My sweetheart, jangan lupa tar sore ya..”

                “iya ma… hampir aku lupa…”

                “mama tunggu di bandara yaa… papa udah mau berangkat nih langsung dr kantor”

                Astagaaa…. Hampir lupa kalo besok adalah hari pernikahan sepupu gw dijakarta.., dan bayangin… flight nya dua jam lagi. Rushing hour!!

                “batik… blazer… sepatu… oke! Semua beres… !” yang belum beres adalah suasana hati… hingga hari ini belum ada kabar dari donita. Jangan kan chatting panjang… say hello pun nothing! I’m missing her (read. Rindu / kehilangan), cuma chat terakhir yang dia sampaikan ke gw kalo cowok yang akan dijodohkan dengan nya dan kedua orang tuanya akan datang selasa depan… dan dia bertekad untuk tidak menemui. Dia akan tetap stay di kamar… hingga orang tua dan cowok itu pergi. Dan donita juga minta gw untuk temenin dia chat, selama dia dikamar… menanti mereka pergi. “with pleasure!” jawabku cepat.

                “Deniiiss… ikut ke rumah om Diko yuukk… Mama ama papa udah lama gak ketemu!” suara mama dari lantai dasar rumah nenek terdengar lantang bak pemandu sorak kampus! *face palm*. Resepsi pernikahannya selesai minggu sore, dua hari lalu… tapi beres-beres rumahnya bisa ampe seminggu… kasian mbok inah… pembantu yang sudah lama ngabdi sama nenek… yang kira-kira udah masuk tahun ke 67 masa hidupnya masih saja harus nungging-nungging gak jelas buat bersihin sampah dibawah meja.

                “gak maaah,,,. Aku gak ikut dulu yaah!, salam deh…” balasku dengan teriakan yang sama kencangnya… sejatinya bukan bermaksud melebihi kerasnya suara orang tua yang kata ustad tindakan durhaka… emang, mama udah nunggu di mobil waktu itu,… jadi desible suaranya mesti dinaikkan tak ubahnya kayak tarzan. Salam… salam apaan… kenal juga enggak ama om diko… hahaah

                Bukan cari alasan sih,.. masalahnya udah janjian chat ama donita… kasian dia. Malam ini bakal jadi malam bersejarah buat dia…

                “shit… Shit!!… mau-mau nya gw di begoin lagi ama tuh cewek…. Sialan! Udah gw tungguin ampe jam 2 pagi buat chat!, dia malah gak bales-bales”. Dari tadi geram hati gak abis-abis… yah!ujug-ujug nya berdampak pada mood yang naik-turun gak jelas.

                “Zzzzzz….zzzzZ”. getar plus ringtone pertanda pesan skype masuk tiba-tiba.

                “haii denisss… maaf yah yang semalem 😉 “

                Pesan skype dari donita sempat gw baca… tapi sangat tak ingin gw balas. Tak ingin balas dan juga belom sempat tepatnya… lagi rush banget soalnya. Packing… packing… back to habits. Welcome Surabaya!.

                “denis lagi marah yaa… nita minta maaf yaaah, lagi dimana?”

                “halo nita, sorry lagi rush banget tadi… ini lagi di pesawat… tar lanjut lagi aja yaa chat nya, hape nya mau dimatiin.. 😉 “

                Gas engine ukuran lebih dari ratusan PK milik garuda ini membawa gw dan keluarga kembali ke Surabaya.

                “ZZzzzz…..” tak kurang dari dua menit setelah ngidupin hape… pesan skype masuk lagi.

                “hai denisss.. mudah2an selamat sampe tujuan yaah…” dari bahasa tulisannya ini adalah pesan yang dikirim satu jam lalu.

                “Nita sebenernya mau cerita tentang yang semalem itu… tapi takutnya kamu udah tidur…”

                “ternyata kondisinya beda… si cowok itu gak jadi datang… Cuma kedua orang tuanya saja”

                “ Nah, aku gak enak banget sama mama kalo gak nemenin mereka ngobrol… aslinya mereka pengen banget ketemu ama aku”

                “mereka gak cerita apa2 tentang anaknya… mereka Cuma ngobrol banyak ama mama-papa”

                “sebelum mereka pulang, mereka kasih aku foto… foto anak laki-laki mereka yang mereka harapkan menjalin pernikahan dengan ku”

                “foto itu sama sekali belom aku liat saat itu… pas tadi pagi baru kefikiran buat liat mukanya kek gimana…”

                “ternyata itu foto kamu…..”

                “mah!… mama!” teriakku manggil wanitaku tercinta yang lagi ngecek kelengkapan bagasi.

                “mah! kapan kita ke jakarta lagi….”

‘Just’ Friend.

“kalian tuh pacaran gak sih?, dari semester satu udah deket banget boo!”, lantunan pertanyaan dari bibir bawel itu tak habis-habis menemani waktu perjalanan mereka mengurusi administrasi persiapan kewisudaan di kampus biru Jogjakarta. “enggak! Kita Cuma temen kok!, temen”. Balas andin tegas pada mitta teman se-SMAnya namun beda major di UGM. Diko Kurniawan, sedari tadi sosok laki-laki ini yang asyik mereka gosipkan. Semua mahasiswa ekonomi UGM mulai angkatan 2004 sampe 2007 sudah tak heran tentang kedekatan andin dan diko. Menghabiskan waktu belajar bersama, diskusi, membuat jurnal, seminar, ORMAWA, bahkan jogging minggu pagi yang rutin dilakukan oleh sebagian mahasiswa UGM pun mereka lakukan bersama. Andin punya pribadi yang luar biasa menurutku. Cerdas, cantik, inggris nya jago, jepangnya fasih. Walaupun memang bukan dari keluarga berada, andin yang aku kenal selama ini adalah pribadi yang mandiri, tak bosan mencari beasiswa kampus untuk membiayai sarjananya yang hampir ia habiskan selama tiga setengah tahun. Lain lagi dengan diko, cerdas memang… tapi mungkin karena terlalu dimanja oleh orangtuanya yang kaya, membentuk pribadinya yang pemalas, cuek dan egois. Keberadaan andin disekitarnya senantiasa mengisi kekurangannya… mereka klop… mereka saling melengkapi.

Mereka mungkin serasi, tapi untuk masalah status dan ketegasan hubungan, mereka belum begitu serasi. Andin memang memiliki perasaan lebih kepada diko dari hanya sebagai teman. Terlihat jelas dari cara dia memandang, mengagumi, merespon pembicaraan, perhatian yang dia berikan… segalanya menyampaikan kejujuran cinta… kasih yang tulus. Namun, sebagai seorang wanita… andin merasa bahwa dirinya tak layak untuk memulai menyampaikan sebuah ketegasan antara hubungan mereka menjadi sebuah hubungan yang lebih dari sebuah pertemanan. Andin tak berani, andin menunggu…. Menunggu action dari diko lebih dulu. Yang andin takutkan adalah, jika seandainya rasa yang sama itu tak dimiliki oleh diko terhadap dirinya, maka pertemanan mereka yang mereka pupuk sejak lama akan memudar begitu saja.

Diko… diko, ketakutan yang sama pun juga dimiliki olehnya. Badannya yang gede, gayanya yang katanya macho tak sebanding dengan keteguhan dalam hatinya. Diko belum mampu mengumpulkan sebuah keberanian untuk mengungkapkan rasa… kasih dan cinta yang selama hampir tiga tahun itu telah ia rasakan sendiri. Memang benar kata orang, jarak adalah penghalang dari sebuah hubungan… setelah mereka menerima gelar sarjana, perpisahan pun tak bisa dihindari. Diko kembali ke Jakarta memenuhi perintah orang tuanya…. Sedangkan andin kembali kekampung halamannya di Surabaya. Apapun mereka lakukan untuk melepaskan hasrat rindu, kasih dan sayang. Telpon, sms, chatting hingga skype pun tak pelak dilakukan hampir setiap hari. Menceritakan hal-hal baru yang ditemui ditempat kerja, meluapkan kesedihan dan keluh-kesah serta menceritakan kabar gembira. Namun, lagi-lagi… tak seorangpun dari keduanya berani menyampaikan perasaan kalbu.

Tepat dua bulan yang lalu… diadakan reuni akbar fakultas ekonomi UGM. Sebuah event yang telah hampir setahun ini ditunggu olehnya. Ditunggu untuk bisa berjumpa… berjumpa dengan teman… teman hatinya, yaitu diko. Andin sudah tak tahan dengan kondisi mereka yang tidak jelas ini… dia berniat untuk menyampaikan segala hal yang ia rasakan selama ini pada diko saat mereka bertemu nanti. Entah apa reaksi diko setelah mendengarnya, entah apa resiko yang akan dia dapat… setidaknya, ada kejelasan setelah ini… teman atau lebih dari itu. hal ini juga menjadi alasan mengapa andin tak pernah menerima rasa peduli yang lebih dari laki-laki lain selama dia bekerja di Surabaya.

 Sedih, marah, gembira, kecewa… semua rasa jadi satu ketika itu, rasa yang dialami andin. Gelap malam diwarnai hujan deras saat reuni waktu itu menjadi warna sendiri dalam kenangan hidupnya. Pembicaraan mereka pun telah usai dilakukan, masing-masing hati ternyata telah tersampaikan geloranya… masing-masing hatipun ternyata memiliki nada yang sama… selaras dengan harmoni kasih. Malam itu, diko lah yang pertama kali menyampaikan rasa hatinya pada andin… kalo andin adalah cinta sejatinya selama ini, namun… lanjut diko… cinta sejati mungkin tak harus bersama selamanya. Sambil mengeluarkan surat undangan pernikahan, diko agak terbata-bata menjelaskan kapan dan dimana resepsi pernikahannya akan dilangsungkan… air mata mereka pun tak terbendung. Andin dan diko adalah kisah cinta dalam balutan persahabatan.

“mas rangga, ini andin… aku pake hapenya adek. Jangan lupa tar sore kita fitting baju buat resepsi. Ketemuan disana yah, sayang”.  Sms dari andin menghentakkan mimpiku pagi itu. tepat delapan jam lagi adalah malam resepsi pernikahan kami. Datang yah! 🙂

Image

Image source. animanga-oushiza.blogspot.com

Breathe (part 2)

kereta semberani tujuan pasar turi surabaya akan segera berangkat dari stasiun gambir pukul 20.05 dijalur lima, terima kasih”. Suara itu sedari lima belas menit tadi tak henti-hentinya berkumandang. Tidak kurang dari sepuluh menit laju diesel kereta ekskutif ini akan membawaku pulang kerumah. Setidaknya, ini yang menurutku hal paling dewasa yang bisa aku lakukan saat ini… refreshing, tidak memikirkan sejenak masalah ini. Deras air mata tak terbendung luluh dari kelopak mata nan indah milik pacarku, kanya, setelah kuceritakan hal sebenarnya tentang bagaimana keadaan harry dan semua perasaannya malam itu. Kami berdua merasa amat sangat bersalah… disisi lain, harry sama sekali tak pernah menceritakan siapa gerangan wanita bernama dewi itu. Sedangkan kanya juga tak tahu perasaan yang terbendung besar yang telah terpupuk lama dalam kalbu harry selama ini. Dia hanya menganggap harry sebagai sahabat sedari kecil dulu… bak saudara laki-laki. Aku bertemu kanya saat kita masih kuliah di universitas airlangga. Dia junior dua tingkat dibawahku dan sama-sama menekuni photografi. Dulu kanya sempat cerita kalo dia dan orang tuanya sering berpindah-pindah tempat tinggal karena keperluan kedutaan dan disurabaya, kanya tinggal bersama nenek dan tantenya.

                “Dzzz…zzzzz”, galaxy sIII milikku tak berhenti berdendang seolah memberi kabar pada tuannya ada pesan yang datang setelah tak ku aktifkan tak kurang dari seminggu. “duabelas mailbox dan lima pesan masuk?” sudah hampir seminggu aku dirumah, sengaja ngambil sisa cuti akhir tahun. “dari nomor asing, kok?”. Satu persatu pesan itu kubuka.

                “mas bagus, ini mamah sukabumi…, apa kabar nak?”

                “mamah mau kasih kabar kalo harry sudah meninggal dunia…. Dua hari setelah mas bagus pergi dari rumah sakit malam itu”

                “maaf mamah Cuma bisa sms, mamah udah coba nelpon, tapi hapenya gak aktif”

                “kalau kamu udah baca pesan mamah, segera datang ke sukabumi yaa… ada titipan surat dar harry buat kamu”.

                Tak lama ku senyap sejenak… nafas serasa begitu sesak, aliran darah serasa sendat, fikiran serasa lenyap, tubuh tak berhenti bergetar, begini rasanya putaran bumi berhenti… serasa waktupun ikut berhenti. Tak banyak air mata yang keluar, namun sesak didada tak mampu dibendung. Segera aku berkemas, memberitahu bapak ama ibu dan minta ijin mereka untuk berangkat ke sukabumi. Mereka  titip salam untuk keluarga harry disana, terutama mamahnya.

                “ini pesan singkat yang ditulis langsung oleh harry, katanya gak boleh dibaca… langsung kasih ke kamu”. Secarik kertas lusuh dialunkan dari jemari tangan wanita paruh-baya ini. Terlihat dari matanya yang sembab dan layu kesedihan yang mendalam kehilangan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Baru satu jam aku berdiam di rumah harry, mamah sedang menyiapkan sedikit makanan buatku… dia tahu betapa letihnya perjalanan kereta selama delapan jam. Nanti malam adalah nujuh hari meninggalnya harry, namun surat itu belum juga sempat aku baca… aku putuskan untuk membacanya bersama dengan kanya di Jakarta.

                “Gus, terima kasih banyak untuk semuanya…waktu, sikap yang baik… kamu patut jadi tauladan. aku liat kamu pelukan ama dewi di lift semanggi malam itu… aku kaget, marah, sedih… makasih buat semuanya. Tolong jaga dewi buat aku… kalian serasi, menyatulah dalam biduk pernikahan demi aku… demi aku”. Surat lusuh ini kubaca perlahan bersama kanya… kanya dewi. Terlihat jelas goresan pena yang tak beraturan didalamnya… Nampak ditulis oleh seseorang dengan kondisi amat kurang baik, gemetar tubuhnya pasti. Ternyata sehari sebelum aku pulang… dia sadar selama beberapa jam… dan menyempatkan menulis surat ini untuk ku… untuk kita.

Image

image source. http://deculture101.wordpress.com/category/home/anime/

 

Breathe

“masih… kita masih sering kontak ampe sekarang kok”. Kisah harry dan idaman hatinya yang terdengar khayalan itu sengaja tak ingin kupotong alunannya, biarlah mengalir bak air bah menuju hilir kepuasan hati meski sedikit rasa bosan hati dan telinga mendengarnya. Demi sahabat, egoisme diri patut dinomor-sekiankan. Harry sosok yang baik, cerdas, namun agak banyak  introvert . kita berkenalan saat diriku pertama kali masuk kantor ini, tepatnya 2 tahun lalu. Ilmu psikologi yang kuperlajari di kuliah tak pelak membuatku mudah untuk kenal dan menjalin hubugan dengan orang lain. Mungkin aku salah duanya dari sosok sahabat yang dekat dengan harry, yang lain adalah dini, HR Assistant dikantor. Aslinya itu adalah salah satu tanggung jawab kerjaan yang musti dia laksanakan. Mendengar curahan masalah, memberi alternative solusi atau apapun lah yang menunjang psikologis pegawai. Apalagi harry adalah salah satu karyawan paling berpotensi dikantor. Sedangkan gw berdiri sebagai seorang yang dengan berbaik hati dan ikhlas mendekat dan berbagi masa dan kisah. Namun sekarang ceritanya sedikit berbeda, waktu membawa kita semakin dekat bak saudara. Saudara yang berteman atau teman yang bersaudara, entahlah… dua istilah itu sangat sulit untuk di interpretasikan berbeda.

Dia sering cerita tentang masa kecilnya yang bahagia, masa-masa yang dia habiskan bercengkrama, melalui suka-duka  dengan satu-satu sahabat perempuannya yang kini selalu dia damba-dambakan kehadirannya. Dewi, hanya nama itu yang dia ijinkan aku untuk mengenal… selebihnya dia hanya bercerita tentang paras yang cantik, karakter yang ceria, pribadi yang baik hati. Mereka terpisah saat orang tua dewi harus mengemban tugas negara hijrah ke hongkong untuk  urusan kedutaan. Masa itu belum dikenal email ataupun fax, masa pun dengan kuasa melenyapkan komunikasi mereka bak badai besar menerbangkan debu. Harry benar-benar mengagumi wanita ini dengan paras dan karakter dia yang dulu,.. mudah2an tak banyak perubahan yang terjadi padanya… hingga tak pun terlintas kecewa di mata harry saat melihatnya nanti saat mereka jumpa. Seminggu yang lalu dengan riang gembiranya harry bercerita padaku bahwa wanita bernama dewi ini menghubungi dia lewat email. Dewi mengatakan bahwa dirinya sekarang sedang berada di Jakarta, dan meminta waktunya untuk berjumpa, bercengkrama kembali, melepas semua hasrat rindu, mengalunkan kisah-kisah mereka bersama.

Dua hari yang lalu janji itu dibuat, sky dining plaza semanggi menurut rencana bakal menjadi kenangan hidup mereka berdua.. menghabiskan malam bersama. Sudah hampir 30 jam belakangan ini harry tak sadarkan diri. Disini sekarang, aku duduk tepat disampingnya… dalam ruang ICU rumah sakit siloam sudirman lantai lima. Tak tau apa yang sebabnya, tepat dimalam yang sama mereka membuat janji bertemu… harry ditemukan tak berdaya dijalanan karena tertabrak mobil. Seseorang menghubungi ponselku tepat satu jam setelah kecelakaan terjadi. Aku langsung memberitahu mamah di sukabumi tentang keadaan anaknya dan sekarang mereka dalam perjalanan. Pikiranku kacau saat ini yang ada dalam benakku saat ini adalah dimana keberadaan wanita yang bernama dewi itu… apa yang terjadi malam itu antara mereka berdua. “yang, lagi dimana? … aku mau jenguk temen di rumah sakit”. BBM dari kanya masuk namun masih sempat aku baca. Kanya adalah pacarku sejak kuliah di Surabaya. Dia baru datang ke Jakarta tiga hari lalu… terakhir jumpa bersama saat makan malam sebelum aku dapat kabar kurang baik ini, karena saking paniknya aku tak sempat memberitahu dia keberadaanku hingga saat ini. “oke yang, aku juga lagi dirumah sakit, jenguk temen” tak menunggu berapa lama aku langsung balas BBM nya.

Tak kurang dari satu jam derap langkah mendekat merapat semakin jelas dari kejauhan.. ah, paling juga suster jaga.. mamah mungkin baru sampe tar sore. “yang!, kamu ngapain disini…. Kamu kok kenal harry sih?”. Kaget bukan kepalang saat ku dengar suara kanya lantang diiringi langkah cepat mendekat memeluk… kanya… kanya dewi pacarku…. Dan juga ternyata wanita dambaan harry.

 Jujur, sesak nafas ini saat mengetahui kenyataan yang ada. Tak bermaksud apapun apalagi sampai menyakiti teman dan saudara sendiri tapi beginilah adanya… I can’t breathe
without you, but I have to
. Aku tak bisa memilih salah satu dari keduanya… kuputuskan untuk pergi. Aku juga tak  meminta dan memaksakan kanya untuk menyukai harry melebihi dari sebuah persahabatan.

Image

By-AN

“sejak kapan?”, “sejak dua tahun lalu…” sempat curcol semalem ama temen kantor, cowok lagi…cowok lagi… dia sempat tanya “kapan terakhir pacaran?”. “pyuufff!!” sering liat di time line, kalo jomblo adalah pilhan, benarkah? tapi keknya kehidupan asmaraku hanya berakhir pada pertemanan, friend zone here!!!.  Ato aku telah terkena kutukan perawan tua buruk rupa saat aku berumur 7 tahun, dan baru kualami saat umurku menginjak 24? Belum tua-tua amat kok! Jangan tertawa dong….karena kalian akan buat aku chedih. Keknya mulai dari SD hormon testosteronku berproduksi berlebihan dalam tubuhku. Nia, Cuma dia satu-satunya temen cewekku yang paling deket… bukan temen juga sih, lebih tepatnya sepupu, selebihnya? “Dony, Riyan, Riko, Nanda, Dion….”

Image

 “byan itu lumayan loh dan ada inner beauty juga kalo aku liat, tapi perlu sedikit ditambah ramuan kekemayuan” komen manis dari albi, cowok manis darah padang yang duduk pas disamping cubicle ku dikantor. “baru kali ini gw denger cewek ngomong asal-asalan kek gitu selama gw idup!!, ya elu sis!!” komen lain lagi dari cowok yang hampir 70 persen dari percakapannya sehari-hari dihabiskan menggunakan bahasa linggis pake aksen british, padahal managerku yang aslinya wong londo gak gitu2 amat ngomongnya.. dasar dia aja yang lebayatun sangat. Yang jelas kondisiku belum berubah, tetap menjadi gadis paling ayu nan kemayu diantara para teman laki-lakiku. *tepok jidat*.

“udah ah.. gw cabut! Eneg gw denger kalian ngomongin si lintang mulu!”, ketus suaraku membuyarkan saut-riuh lelaki-lelaki girang ini. Hentak langkahku tegas mengalun menjauhi kerumunan mereka… “eh, mau kemana?, jadi ikutan gak nih tar malem?” suara dion sempat menghentikan langkahku sejenak. Dan langsung kujawab dengan penolakkan.. penolakkan lagi. Setidaknya ini yang ketigakalinya acara hangout mereka dengan ketiadaanku menyertai. Entahlah, siapa yang berubah… aku, atau mereka. Sejak kedatangan karyawan baru itu, semua kondisi berasa aneh, semua sudut kantor berasa bergerak mendekat. Menghimpit hingga makin sempit saat semua bibir-bibir manis tanpa mengenal waktu dan tempat sempat-sempatnya melantunkan dialog tentang dia… dia dan dia lagi.

Sudah seminggu gw murung terus, gak tau apa perihal terjadi dalam hati…  seolah-olah hidup sendiri tanpa seorangpun perduli. Oke fine!, gw cemburu, iri, jealous atau apalagi istilahnya.. semua perhatian yang dulunya milikku jadi miliknya, semua kekaguman yang dulunya dinobatkan kepadaku berbalik arah jadi haknya, semua laki-laki yang sudi mendengarku dulu kini enggan lagi mengorbankan telinganya untuk ceritaku. Aaaarrrrgggh!!. Terus gw mesti gimana? Aselinya tampangnya gak cantik-cantik amat kok, bisa diadulah ama gw.. tapi apa gerangan dibalik kharismanya. Preeet!

                “Saat masa berlalu… berlalu pula kenangan, kebersamaan, dan cinta kasih. Hentikan masa!, hanya milik Tuhan kuasa itu”.  Ceritanya gw lagi galau nih… mood naik turun, jari-jemari gak bosen-bosen ngetwit perihal hati, perasaan, dan antek-anteknya. Kalo ada pemilihan ratu galau sejagat, gw dengan ikhlas hati untuk mendaftarkan diri. Sejenak terbersit dalam hati, “kenapa gw kek gini yak?!, mereka kan Cuma temen, gak lebih.. memang sih ada beberapa orang diantara mereka yang gw suka… tapi kan mereka juga punya hak buat memilih dan menentukan dimana, dengan siapa, bagaimana waktu mereka dihabiskan. Come on byan! Move on!, bego’ nya gw, kenapa gw baru sadar sekarang yak?. Ternyata selama ini gw egois banget… ya ampun gusti….

                “Be flexible, jadilah pribadi yang menyenangkan.. “

                “menyenangkan… tak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain”

                “Pribadi yang manis bak gula, bakal banyak semut yang mendekati”

                Beberapa bait kalimat kramat masih sempat gw layangkan di timeline twitter sebelum beranjak menuju mimpi. Gw niatkan dalam hati untuk mulai memperbaiki sesuatu yang perlu diperbaiki, menyadari bahwa selama ini gw sedikit keliru… gw ingin nikmatin hidup,,, tapi bukan dengan yang seperti ini.

                Sudah  tiga bulan ini gw sedikit melakukan renovasi hati dan emosi, mencoba menghormati segala pandangan, memulai untuk mendengar dan memberi solusi, memperbaiki dan memanfaatkan moment yang ada… banyak perubahan yang dirasa memang… banyak tawa-canda bahagia yang sudah dilewati… hidup memang seperti inilah adanya…

                “Dzzzzz…. Zzzz….” Getar suara BBM masuk dari Dakota hitam milikku. “ gw udah dibawah”. Kubaca sekilas tanpa sempat kubalas BBM dari nata, teman yang baru seminggu ini masuk kantor. Udah ah,,.. gw mau jalan ama doi. Tar kita sambung lagi.

                                                                                                                          Byan’s Diary.

 

 

 

 

 

               

 

 

Hijrah…

Rintik-rintik hujan kota Jakarta diiringi lantunan musik mendayu melengkapi kegalauan suasana hatiku sore itu. Banyak pertanyaan akrab yang diutarakan,pak indra, sopir taksi yang duduk disampingku sedari tadi kuacuhkan saja. Namun, si sopir tetap menunduk hormat kepada salah seorang ustad yang dia kenal baik yang mengajar disalah satu pondok pesantren ternama di selatan kota Jakarta.  “tad, kok diam saja?, ada masalah apa?”. Cuma satu pertanyaan ini yang aku dengar, dan langsung aku jawab dengan gelengan kepala. Masalah?, setiap orang punya masalah. Tak guna hidup tanpa adanya masalah. Bahkan nabi pun tak luput dari makhluk yang bernama masalah. Namun, bagaimana cara mensikapi masalah?, hal inilah yang membuat seseorang mulia di mata ALLAH atau hina.  ALLAH sang maha pemberi masalah dan sang maha penyelesainya jua.

Alimathussa’diyyah, yang jelas ini adalah nama sebenarnya, seorang wanita anggun bermata bening, berparas ayu, bersuara sendu dan juga seorang ustadzah lulusan LIPIA Jakarta, jurusan tarbiyyah islamiyyah yang kini mengajar di pondok puteri milik abahku. Baru tiga hari belakangan ini telah halal dirinya untukku.  Namun tak sedikit pun keinginan hati ini untuk menyentuhnya. Entah apa gerangan rasa suka dan cita yang mulai terpupuk lama hingga kalimat “sah!” keluar dari mulut para saksi pernikahan dan penghulu merubah bentuknya menjadi rasa kesal dan benci menggelora kalbu.

Malam itu, dengan tatapan  gelisah dan tertunduk dia ayunkan langkahnya merapat padaku, diambilnya ruang kosong tepat disebelah kanan saat aku sedang merapikan beberapa hadiah pernikahan dari sanak terdekat. Sudah aku sampaikan sejak lama kepada abah, bahwa resepsi pernikahanku nanti tak perlu yang begitu megah, kerabat dekat yang berkunjung saja itu sudah lebih dari cukup, rencanaku sejak pertama. Sudah lebih dari lima menit dia duduk tegap disampingku, namun rasa ingin mengungkapkan sesuatu yang aku tanggap dari matanya belum sampai ke bibirnya. Tetes air matanya mengalir bertambah deras saat mendengar ungkapan kalo aku sangat mencintainya dan inilah yang diinginkan abah selama ini. Kubaringkan kepalanya dipundakku, seraya kuusap air matanya yang luluh. Tak sesaat momen itu berjalan, dia langsung menarik kepalanya dan mendesak pilu melantunkan suaranya . Rasa disayat sembilu relung hatiku saat bibirnya mendekati telingaku dan membisikkan kata-kata yang kuharap adalah indah dirasa. “aku sudah tidak  perawan lagi, mas”.

“kamu yakin mau cerai?” pertanyaan abah di telpon dua hari lalu masih terus terngiang-ngiang difikiranku. Sudah dua hari ini aku tidak bertemu beliau, aku rindu nasihat dan wejangannya. Aku menetap dirumah mbakyu sulungku didaerah bekasi.

Roda KIA Rio yang dikendarai pak indra terus melaju kencang menerobos genangan air jalanan sepanjang sudirman. Rintik hujan yang mulai bosan memburamkan kaca jendela taksi menemani alunan zikir hatiku, sembari membolak-balikkan kertas memo yang berisi nomor pribadi dan alamat kantor salah seorang pengacara kenalan abang iparku. setiap orang punya kesalahan dimasa lalu, terlepas bagaimana hal itu bisa terjadi entah karena kesengajaan atau karena musibah.. Imah yang sekarang adalah imah jauh berbeda dan jauh lebih baik dari dia yang dulu.. mbak kenal banget dengan dia, fikirkan lagi niatan mu ini…. masih terngiang dibenakku tiap lembaran kata yang diucapkan mbakyu satu jam yang lalu sembari mengantarkan aku ke pagar depan rumahnya. Pak Roy Simanjuntak, setidaknya itu nama yang tertulis di atas memo ini. Abang iparku sudah meminta jadwal nya beberapa jam hari ini untuk konsultasi masalahku ini.

“tad, ustad… maaf, kita udah sampai”. Sapaan pak indra meluluh-lantahkan lamunanku. Ku ayunkan langkah panjang melewati genangan air hujan menuju gedung bertingkat dua puluh yang terletak tepat disamping shelter busway setiabudi setelah meminta pak indra untuk kembali ke tempat ini dua jam lagi.

“Dzzzz…. Dzzzz”, ponsel disaku kananku tiba-tiba bergetar tak lama setelah masuk pintu utama gedung. Ku sisihkan masa sejenak dilobi gedung untuk menjernihkan sedikit kalbu sambil membuka pesan singkat itu.

“assalamu’alaikum ustad, maaf menggangu, ini ibu rosyidah dari kelompok pengajian al-amanah”

“iya ibu, ada apa?” balasku cepat

“saya mau konsultasi sedikit, moga-moga enggak menggangu waktunya”. Balasan masuk hanya dalam hitungan menit.

“insyaAllah, enggak.. ,” tulisku tulus.

“jika seseorang masuk islam, apakah dosa-dosa dia yang lalu diampuni oleh Allah?” kubaca sms itu sembari memikirkan kata-kata yang tepat dan mudah dimengerti.

Tak terasa hampir setengah jam kuhabiskan waktu di lobby gedung, kira-kira sudah 24 balasan sms yang sudah aku layangkan ke bu rosyidah membahas masalah muallaf, hijrah, dan pengampunan dosa. Ku terangkan ayat demi ayat hingga akhirnya dia paham, dan intinya islam ibarat hijrah atau berpindah dari kondisi yang satu ke kondisi yang jauh lebih baik, dan Allah memaafkan segala dosa yang telah dia perbuat saat dia masih belum mengenal islam.

Tombol sent pesan terakhir telah aku tekan, namun sayangnya baru kusadari bahwa aku telah menemukan jawaban tentang alasan utama keberadaanku di gedung ini.

“Halo, pak roy.. ini azam, izzul azzam… mhmmm.. maaf sebelumnya, saya mau kasih tau kalo saya membatalkan perjanjian kita sore ini.. oke, oke.. terima kasih.. Selamat sore”. Itu percakapan pertama dan mudah-mudahan yang terakhir antara diriku dan beliau.

Kukuatkan kalbu dan langkah berjalan menuju pintu keluar utama gedung. Satu hal berharga yang kudapat sore ini, bahwa Allah pun maha pemaaf, setidaknya ada hikmah besar dibalik ini semua.

Image

Image Source. http://www.muslimblog.co.in/category/hijab